KOTAMOBAGU POST – Di Era Kepemimpinan Bupati Royke Roring (ROR), Tondano Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulut, kini ‘Jadi Kota’ Eceng Gondok.
Ini ditandai, sekira jutaan tanaman eceng gondok diakhir tahun 2019 ini, telah menutupi seluruh permukaan Sungai Tondano dan sebagian Danau Tondano.
Tanaman gulma jenis monokotil atau tanaman hidrofit mengapung diatas air (Eichhornia crassipes) itu, ditahun 2019 memang telah menjadi icon negative bagi Tondano diusianya ke 561.
Tampak Eceng Gondok telah mewabah dan menutupi seluruh permukaan air Sungai Tondano menjadikan warna khas Kota Tondano hijau oleh tanaman gulma itu jika pengunjung menatap Sungai Tondano.
Sungai Tondano sejak tempo doeloe yang biasanya ramai dengan aktifitas nelayan dan tempat mandi masyarakat Kelurahan Toulour, Kiniar, Tuutu, Roong, Liningaan dan Kelurahan Taler (di muara Danau Tondano) hingga akhir September 2019 ini, berubah jadi hijau ditutup seluruhnya oleh Eceng Gondok.
Sudah setahun ini harapan masyarakat Kota Tondano kepada pasangan Bupati Royke Roring – Robby Dondokambey sejak dilantik pada 25 September 2018 untuk memerangi Eceng Gondok, telah surut.
“Dari hulu sungai Tondano hingga alirannya, semua telah ditutup oleh Eceng Gondok. Belum, belum pernah Eceng Gondok diangkat seperti diera Bapak Bupati Vreeke Runtu,” kata Wolo, seorang warga Toulour, di hulu Sungai Tondano.
Dia mengatakan, dampak dari tanaman Eceng Gondok menutupi semua permukaan air Sungai Tondano, membuat seluruh masyarakat di hulu sungai, tidak bisa beraktifitas memanfaatkan sungai.
Terkonfirmasi dengan sejumah tokoh masyarakat Tondano menyebutkan, kurun tahun 2019 ini hanya satu unit alat berat jenis eksavator yang sering melakukan pembersihan Eceng Gondok di Jembatan pusat kota perbatasan antara Kelurahan Wawalintouan dan Kelurahan Liningan.
Hingga berita ini diturunkan, masih membutuh konfirmasi dengan Bupati Minahasa Royke Roring terait realitas program kerjnya memerangi tanaman Eceng Gondok yang kini juga telah mengancam kelestarian Danau Tondano. (audie kerap)