Pengerajin Atap Katu Makin Langka di Kota Kotamobagu 

Kotamobagu3080 Dilihat
Industri kerajinan tangan Atap Katu atau rumbia masih terus memberikan konstribusi pendapatan bagi para pengrajin (foto : detotabuan.com)

KOTAMOBAGU POST –  Pembuatan Atap rumah dari Katu atau  Rumbia di Kotamobagu masih terbilang laris namun semakin langka ditemukan di kawasan Kota Kotamobagu.

Seiringan meningkatnya kebutuhan Atap Katu untuk bangunan lesehan pada Caffe -caffe atau rumah kopi, industry kerajinan tangan peninggal tempoe doloe ini, masih terus dipertahankan oleh sejumlah warga petani di Kotamobagu.

Contohnya, Neni Pasambuna (65) adalah salah satu pengrajin atap rumbia asal Kelurahan Mongkonai kecamatan Kotamobagu Barat yang sudah 10 tahun menekuni mengenyam atap tradisional ini.

Dalam sehari panggilan akrab Nene Tirsa ini, sanggup membuat 15 hingga 20 lembar atap rumbia yang kemudian disusun pada halaman depan rumahnya. Kemudian Ia kembali mencari bahan baku atap rumbia yang mudah ditemukan di sekitar lahan perkebunannya.

“Bahan dasarnya gratis sehingga tidak butuh modal yang besar untuk membuat atap rumbia ini. Apalagi bahan bakunya mudah ditemukan di sekitar kebun kemudian dibawa ke rumah untuk dijadikan atap tradisional,” tutur Neni

Setiap lembar, Neni menghagainya Rp 8 Ribu rupiah. Semakin kering semakin kuat dan anti bocor. Makanya, sebagian besar pembeli memilih atap yang sudah kering.

“Banyak pembeli dari kotamobagu, biasanya digunakan untuk gubuk kecil di kebun, tapi lebih banyak lagi digunakan di lesehan-lesehan caffe yang ada di kotamobagu,” ujarnya (ridel/dtbnc/KPC)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.