KOTAMOBAGU POST – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menolak menyebut penembakan massal yang menewaskan 49 orang korban jiwa, sertai melukai 53 warga lainya terjadi di klub malam Gay Orlando – Florida AS, sebagai tindakan “Aksi Teror Islam Radikal”.
Dilansir dari sumber http://www.voaindonesia.com, Obama tidak mengecam agama islam yang memiliki 1,6 miliar jiwa pengikutnya. Obama mengeluarkan pernyataan persnya beberapa jam setelah pembantaian itu berakhir, Obama mengatakan ; sebagai suatu aksi terror dan aksi yang berlandaskan kebencian.
Presiden Obama mempertahankan sikap itu meskipun pihak berwenang Amerika mengatakan seorang Muslim kelahiran Amerika, adalah putra pasangan suami-isteri asal Afghanistan sebagai pelaku pembantaian 49 orang di sebuah klub malam Gay di Orlando, Florida, Minggu (12/06/2016) terjadi dini hari.
Partai Republik sering meremehkan penggunaan bahasa Obama menyebutkan serangan-serangan teroris dan mengatakannya sebagai kelemahan dalam memerangi ancaman maut bagi warga Amerika.
Calon Presiden AS, Donald Trump, merupakan miliuner real estate yang perangainya kasar dan sebagian meningkat popularitasnya pada persaingan calon presiden Partai Republik, dengan seruannya untuk melarang Muslim masuk ke Amerika untuk mencegah kemungkinan serangan teroris, menantang Obama untuk mengubah bahasanya mengenai serangan-serangan yang dilancarkan Muslim ketika rincian pembantaian Orlando diketahui.
Trump memasang pesan di Twitter hari Minggu (12/6), “Apakah Presiden Obama akhirnya menggunakan kata-kata aksi teror Islam radikal?. Jika tidak, ia harus mengundurkan diri secepatnya dengan tidak hormat.”
Dalam pesan tweeter lainnya Trump mengatakan “menghargai ucapan selamat karena benar mengenai terror Islam, saya tidak ingin ucapan selamat, saya ingin sikap tegas dan kewaspadaan. Kita harus cerdas!” kata Trump. (***/ ajk /**sumber : voa)