KOTAMOBAGU POST – Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong), Dra Hj Yasti Soepredjo Mokoagow, secara resmi menyandang gelar adat Bogani Ki Sinungkudan atau pemangku adat tertinggi dengan gelar ‘Bogani Ki Yasti’.
Gelar adat itu dianugerahkan atas kontribusi besar Bupati Bolmong bagi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Bolmong. Diantaranya menghadirkan Kawasan Industri Mongondow (KIMONG), pembangunan Bandar Udara Loloda Mokoagow, pembangunan Waduk Pindol, pembangunan Terminal Tipe A Lolak, serta pembangunan infrastuktur lainnya yang sampai sekarang ini terus dimaksimalkan.
Berdasarkan hal tersebut para pemangku adat di 15 Kecamatan yang ada di wilayah Bolmong bersepakat lewat Mobakid memberikan gelar adat kepada Yasti Soepredjo Mokoagow.
Ketua Lembaga Warisan Budaya Bolaang Mongondow Raya (LWB BMR) Chairun Mokoginta mengatakan, pelaksanaan pemberian gelar adat didahului dengan musyawarah Mobakid di 15 wilayah kecamatan yang ada.
“Hasil Mobakid tersebut diteruskan ke tingkat kabupaten untuk ditindaklanjuti oleh pemangku adat dalam pemberian gelar,” kata Chairun.
Lebih lanjut Chairun menjelaskan bahwa, pakaian Tapaluk yang digunakan oleh Bupati Yasti terdapat beberapa bagian. Yakni pada bagian kepala disebut Papodong, yang diikat pada lengan tangan adalah Batagan, kain yang melingkari tubuh disebut Bandang, serta pada pinggang disebut Bongkol. “Di tangan itu Pateda namanya, ada juga Lingkit digantung di lengan,” ujar Chairun
Usai prosesi pemberian gelar adat, Bupati Yasti diarahkan untuk duduk di Kolatag (tempat duduk kehormatan).
“Asesoris yang ada di Kolatag seperti kain sikayu momobatunan artinya harus saling mengangkat, membantu menasehati ke hal-hal baik, untuk kebaikan semua makhluk hidup,” lanjutnya
Selanjutnya untuk kain yang menjadi pengalas tempat duduk di Kolatag adalah adalah kain Kinatola, obat atau mayana motif ini ditujukan supaya orang yang duduk akan selalu sehat dan dijauhkan dari segala macam penyakit.
“Yang paling antik adalah kain antik Turia’ sangat diagungkan, karena yang bermotif hijau itu merupakan yang paling sakral, kain ini hanya digunakan dikalangan yang berdarah biru. Tidak sembarang orang yang boleh menggunakannya,” terangnya. (*)