KOTAMOBAGU POST – Ratusan perempuan berbagai usia atau sebutan akrab di Bolmong Raya, masih menjadikan ruas jalan 23 Maret di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat, sebagai tempat mengadu nasib, berjualan.
Tradisi jualan sayur mayur, buah-buahan hingga bumbu dapur ternyata dari ‘tempoe doeloe’ hingga tahun 2021 ini, masih terus dilakoni oleh para ibu-ibu yang disebut akrab di Bolmong Raya sebagai “inde-inde”.
Dari pantauan Kotamobagu Post, para inde-inde, datang di kawasan Pasar 23 Maret membawa berbagai dagangan, mulai dari sayur mayur, bumbu dapur, buah-buahan.
“Saya dari Bolsel Pak, sayur paku (pakis) ini kami petik dari pinggiran sungai di Bolsel dan datang dijual di Pasar 23 Maret,” kata seorang perempuan paruh baya dengan jualan sayur paku, sayur papaya dan buah kelapa, mengaku bernama Mama Renti.
Seorang Ibu sekira usia 60 tahun, tampak juga setia menanti pembeli dengan dagangan Daun Ubi, Daun Pisang (Pembukus) dan beberapa buah kelapa, serta berapa tandan pisang Mas.
“Mau beli apa? beli jo pak ini Pisang Mas 10 ribu tiga sika,” kata Ibu Tua ini mengaku berasal dari Desa Bilalang, Kabupaten Bolmong.
Ibu Tua ini mengatakan, jualannya ini di ambil oleh suaminya dari kebun mereka sendiri dan berucap, sejak dirinya usia muda dan menikah, sampai saat ini profesi berjualan masih terus dilakukannya.
Pemandangan di antara waktu Pukul 03.00 dini hari sampai 06 pagi hari, Tampak ruas jalan 23 Maret sekira 100 meter, demikian pula Jalan Ibolian dan Jalan Bumbungon, berdesakan dengan ratusan “Inde-Inde” yang sejak pukul 01.00 dini hari, sudah mulai memadati emperen pertokoan, bahu dan sebagian badan jalan dengan jualan mereka.
Namun ratusan inde-inde yang jualan hanya dengan beralaskan karung, terpal atau kain ini, umumnya sudah tidak bisa anda temui lagi ketika hari sudah pagi atau mulai jam 8 pagi hingga siang hari, para ibu-ibu pedagang ini sudah pulang ke rumah dengan hasil jualan mereka.
Seluruh warga Kota Kotamobagu dan Bolmong Raya, bahkan sudah sangat paham, jika ingin mendapatkan sayur atau buah dan atau komoditas pertanian dengan harga murah, maka datang berbelanja di pada Inde-Inde di kawasan Pusat Kota Kotamobagu, atau komplek Pasar 23 Maret.
Para Inde-Inde ini tampak mulai meninggalkan tempat jualan mereka pada waktu matahari mulai bersinar, mulai pukul 08.00 pagi hari, para Inde-Inde mulai meninggalkan keramaian lokasi berjualan dan pulang membawa hasil jualan bagi keluarga mereka dirumah.
Namun yang tersisa pada siang hari di kawasan tersebut, tampak para pedagang asongan yang tampak kas kelontong mereka masih tetap ada di bahu jalan di pusat Kota Kotambagu itu.
Tradisi berdagang sayuran dan buah serta bumbu dapur dilakoni para “inde-inde” ternyata sudah berjalan dari jaman dulu, Bahkan sejjak tahun 90-an ruas jalan 23 maret dan sebagian besar ruas jalan Bumbungon dan ruas Jalan Ibolian umumnya dipadati oleh Inde-inde yang berjualan di waktu subuh dan pagi hari saja.
Diketahui, tanah Bolmong raya yang subur yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis sayur dan buah, kemudian hasil pertanian ini dijual di langsung oleh petani di kawasan Pasar 23 Maret.
Tradisi inde-inde (Ibu Ibu berjualan sayur) ini juga tampak ada di beberapa sudut Kota Kotamobagu demikian juga ada di daerah Boltim, Bolmut, Bolsel dan Bolmong Induk dengan sebutan akrab Pasar Kilat, dimana penjualan para Inde-Inde dengan dagangan di ambil langsung dari kebun mereka ini hanya berlaku pada hari-hari tertentu. (audie kerap)