Inde-inde, Tradisi Pasar Kilat Jualan Sayur dan Bumbu Dapur Masih Lestari di Kota Kotamobagu

Tampak Pasar Kilat yang dikenal tradisi inde inde di depan ruko Jalan 23 Maret masih terus lestari gambar diambil pada pukul 01 dini hari tanggal 10 Juni 2019 (dok : KPC)

KOTAMOBAGU POST – Tradisi pasar kilet berjualan sayur- mayur, bumbu dapur atau hasil bumi di tempat tertentu, sejak puluhan tahun silam akran dengan sebutan inde-inde.

Pasar Kilat yang hanya berjualan pada subuh dan pagi hari, ternyata masih terus berlangsung di kawasan Kota Kotamobagu.

Inde-inde, yang akrab dimaknai para wanita paruh baya atau ibu-ibu yang dari berbagai kampung tradisi berjualan di Pasar Kilat, masih bisa ditemui di sejumlah lokasi pasar kilat di Kotamobagu.

Dikawasan Kelurahan Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur, Pasar Kilat hanya berlangsung seminggu tiga kali.

Para inde-inde, sebelumnya berjualan di bahu jalan Siliwangi, namun kurun 3 tahun terakhir setelah jalan di aspal hotmix dan dipasang Traffic Ligh (Lampu Merah), para inde-inde ini, akhirnya tergusur dan berpindah di pekarangan milik warga setempat.

Tradisi inde-inde juga bisa ditemui di Bahu Jalan 23 Maret. Ratusa wanita paruh baya hingga oma-oma tampak berjejer dengan jualan berbagai macam jenis, sayuran berbagai jenis, kelapa, hingga buah, dan bumbu dapur  dapat dibeli disini.

Para inde-inde memulai aktifitas berjualan mulai pukul 24 : 00 Wita dan akan berkahir pada pagi hari sekira pukul 07.00 hingga 08:00 Wita.

“Kami berjualan di bahu jalan 23 Maret mulai malam hari hingga jam 07: 00 Wita pagi hari. Tradisi Pasar Kilat yang terkenal dengan Inde-inde, adalah tradisi leluhur kami orang Mongondow,” kata Wati, seorang mengaku bagian dari Inde-inde yang menggantungkan kebutuhan ekonominya dari jualan berbagai jenis sayur-mayur. (audie kerap)