Tewasnya Siswa SMA 1 Modayag, Keluarga Sesalkan Razia Satlantas Polres Bolmong Ditengah Pengamanan Pilkada

Tampak Alamrhum Sry Wulandari siswa Kels I SMA Modayag saat terjatuh dari motor disaksikan petugas Satltantas Polres Bolmong. (foto ; istimewa JP/WA Grup : Jurnalist BMR)

KOTAMOBAGU POST – Sry Wulandari Toengkesong, telah meninggal dunia setelah mengalami lakalantas pada Kamis (05/04/2018) sekira Pukul 16 : 30 Wita, TKP depan Gereja GMIBM Kelurahan Tumobui, Jalan Siliwangi.

Almarhuma yang baru berusia 16 tahun itu,  tercatat adalah Siswi SMA Modayag itu, terjatuh dari boncengan motor yang diduga dicegat oleh  Tim Satlantas Polres Bolmong, dimomen pengamanan Pilkada Paslon Tatong Bara-Nayodo Kurniawan.

Kepergian Almarhuma panggilan akrab Wulan,  tercatat siswa kelas 1 SMA Negeri Modayag Kabupaten Bolmong Timur, meninggalkan duka mendalam bagi sanak keluarga di Desa Bongkudai Induk, Kecamatan Modayag Barat.

Menurut cerita keluarga Almarhum, Sry siang itu diketahui bersama Zulfan Mamonto (keluarganya sendiri) berboncengan dengan sepeda motor hendak menuju RSUD Pobundayaan.

“Zulfan yang juga keluarga saya hendak menuju RSUD Kotamobagu di Pobundayaan untut test urin karena Zulfan hendak melamar sebagai Bintara Polisi. Nah, rupanya adik kami juga Almarhum ikut menemani dengan berboncengan di sepeda motor,” kata Hendra Damopolii, mengaku,  Zulfan Makonto dan kobran Sry Wulandari adalah sepupunya, serta keduanya masih keluarga.

Menurut Hendra, informasi dikumpulkan keluarga, Zulfan sendiri tidak ada maksud mencelakai Sry yang berboncengan di sepeda motor.

“Namun Zulfan sangat kaget ketika dicegat di Depan Gereja GMBIM Tumobui oleh Polisi Satlantas. Lantaran kaget, gas motor tak bisa dikendalikan. Itu keterangan yang kami dapatkan,” kata Damopolii.

Hendra dan keluarganya di Desa Bongkudai Induk Kecamatan Modayag Barat, sampai saat ini menyesalkan pihak Satuan Polisi Lalulintas Polres Bolmong, dinahkodai AKP Anita Sitinjak, melakukan razia atau pencegatan kendaraan di tengah pengamanan Pilkada.

“Lepas dari pada adik kami kami sudah meninggal dunia, itu kehendak Allat SWT. Namun yang kami sesalkan jika razia atau pencegatan kendaraan dilakukan ditengah-tengah pengamanan Pilkada,” kata Damopolii.

Menurutnya, pihak keluarga saat ini tengah melakukan pengumpulan informasi terkait penyebab kecelakaan hingga meninggalnya keluarga mereka Almarhuma Sry Wulandari Toengkesong.

“Menurut pendapat saya, seharusnya razia kendaraan, pihak Polisi Satlantas harusnya menggunakan tanda operasi, sesuai amanat undang undang dan Peraturan Pemerintah tentang syarat razia kendaraan,” Tanya Damopolii.

Keluarga Alamrhuma kata Damopolii, sangat menyayangkan terjadinya pencegatan kendaraan yang berlalulang tanpa ada tanda papan operasi lalulintas.

Sebab katanya, dalam foto beredar di medsos, saat keluarganya Sry Wulandari saat terjatuh dari motor, terlihat ada motor lain dicegat oleh anggota polisi lalulintas.

“Keluarga memang sudah ikhlaskan kepergian suadari kami tercinta. Namun kami menyayangkan jika pihak Satlantas Polres Bolmong melakukan razia ditengah pengamanan Pilkada yang menurut hemat saya, sangat rentan terjadi  kecelakaan karena tingginya intensitas frekwensi arus lalulalang pengendara,” tegas Hendra.

Hendra mengungkapkan, kedua belah pihak keluarga saat ini tengah ada upaya untuk musyawarah damai. “Namun saat ini keluarga masih dalam keadaan duka cita, kan belum tiga malam. Sesudah itu, nantinya akan ada upaya musyawarah antara kedua keluarga,” katanya. (audie kerap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.