Tuitan, Cakalele, Kabela, Barongsai, Kuda Lumping, Hingga Masamper, Atraksi Seni Budaya Semarak HUT Kotamobagu Ke-10

Atraksi Tarian Cakalele Tarian Perang Adat Khas Minahasa yang tampil menyemarakan HUT Kotamobagu Ke 10 Tahun 2017 di Lapangan Boki Hontinimbang

KOTAMOBAGU POST, ADVERTORIAL – Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Kotamobagu Ke-10 tahun 2017, sungguh sangat special. Ditengah isu SARA yang deras melanda Bangsa Indonesia, masyarakat Kotamobagu, kembali menunjukan semangat kebhinekaan yang sangat tinggi dibawah kepemimpinan Walikota Ir Tatong Bara.

Hal ini tercermin dalam kegiatan pementasan atraksi seni budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat Kota Kotamobagu, ketika memperingati Hari Ulang Tahun Ke-10, yang jatuh tanggal 23 Mei 2017.

Atraksi Barongsai dalam pementasan HUT Kotamobagu Ke 10 Tanggal 23 Mei 2017

Sebelum upacara HUT Kotamobagu Ke-10 digelar, telah dibuka dengan pementasan 200 peserta tarian Kebela yang merupakan tarian adat penjemputan tamu khas Bolaang Mongondow.

Atraksi kesenian berbagai latar belakang suku ini, tampil mewarnai semarak HUT Kotamobagu, usai kegiatan utama pengibaran merah putih  (23/04/2017) di Lapangan Boki Hontinimbang Kotamobagu.

Atraksi dari berbagai adat budaya daerah, ditonton oleh ribuan masyarakat bersama Pemerintah Provinsi Sulut, Pemerintah Kotamobagu dan tokoh masyarakat, tokoh agama yang hadir dalam kegiatan itu.

Atraksi kesenian ini, diawali dengan tampilnya pelajar SMU dengan lantunan Marching Band. Menyusul penampilan Putra-Putri (Uyo-Nanu) berjalan melewati panggung utama dan mengitari lapangan.

Tarian Khas Mongondow yang tampil pada HUT Kotamobagu Ke 10 sebagai seni budaya asli Tanah Totabuan

Dibelakangnya terlihat, sekira 12 orang dengan baju adat Mongondow, menarikan tarian Tuitan, disusul dengan pementasan tarian cakalele dengan baju perang minahasa yang peserta Cakalele dilengkapi pedang dan tombak terbuat dari besi dan tajam, sesekali benda tajam ditusukan ke tubuh mereka.

Kemudian disusul dengan tampil grup kesenian Massamper dari Sangihe-Talaud dengan paduan suara mereka yang nyaring dan indah, tubuh mereka dibalut dengan baju adat Sangihe.

Disusul oleh tarian Maengket adat Minahasa yang dibawakan oleh 8 ibu-ibu lanjut usia dari Kelurahan Tumobui. Mereka menari Maengket didepan panggung utama disaksikan oleh peserta upacara HUT Kotamobagu Ke-10.

Usai itu, sekelompok penari dengan menggunakan baju adat Bali, yang diikuti oleh remaja dan orang dewasa, melakukan tarian adat Bali. Ribuan masyarakat yang menyaksikan, terpaku dengan keberagaman pementasan budaya yang luar biasa.

Tarian kuda lumping khas Jawa yang ditampil dalam pementasan seni budaya pada HUT Kotamobagu ke 10

Tarian Bali ini juga dipandu oleh 14 orang dewasa yang menabuh gendang terbuat dari kulit, mengiringi tarian adat khas Bali dengan topeng dan baju tarian Bali yang terkenal itu.

Tak kalah menaiknya lagi, usai pementasan Kabela dan tarian jemput tamu khas Mongondow melakukan atraksinya, kali ini tarian adat Jawa yakni Tari Kuda Lumping, sungguh menarik perhatian penonton.

Sebanyak 12 orang dari suku Jawa, menggunakan topeng dan baju adat tarian Jawa, tampil memukau masyarakat. Tarian Kuda Lumping dimainkan dengan diiringi musik khas Jawa, sementara penari lainnya dilengkapi dengan topeng tarian Kuda Lumping, sambil menaiki kuda lumping dan melompat-lompat.

Dari belakang penari kuda lumping, tampak puluhan lelaki menggunakan baju didominasi warna merah khas China-Tionghoa, terlihat mulai beratraksi memasuki areal depan panggung utama.

Masamper pementasan seni adat Sangihe Talaud saat membawakan paduan suara mereka pada HUT Kotamobagu ke 10

Kali ini tarian khas China, dengan atraksi andalan “Barongsai” tampil dengan atraksi memukau. Diawali dengan dua naga panjang yang dipegang oleh sejumah remaja etinis China, kemudian atraksi barongsai dengan menampilkan tarian 4 singa yang digambarkan dalam topeng, melompat-lompat didepan panggung utama.

Ribuan masyarakat yang hadir menyaksikan pementasan atraksi seni budaya mengaku sangat terhibur. “Hari ini kami semakin menyadari, bahwa Kota Kotamobagu adalah miniatur indonesia yang kaya akan khasana budaya. Kami memberikan apreseasi kepada Ibu Walikota yang memprakarsai pelaksanaan pementasan Seni Budaya pada Momentum HUT Kotamobagu ke-10 tahun 2017,” kata sejumlah warga yang terhibur dengan menyaksasikan indahnya keberagaman etnis dan budaya. (audie kerap)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.