Para Pemuka Agama Merasa Dibohongi Pemkot Kotamobagu

KOTAMOBAGU POST – Para pemuka Agama di Kotamobagu hingga Juli 2015 ini, merasa sudah dikibulin (baca: dibohongi) oleh Pemkot Kotamobagu dibawah kepemimpinan Walikota Kotamobagu Ir Tatong Bara, Ini terkait tak jelasnya penyaluran dana insentif milik 300-an pemuka agama di kawasan Kota Kotamobagu.

Tak jelasnya realisasi dana tunjangan untuk bagi ratusan pemuka agama yakni Hindu, Budha, Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Muslim untuk Kota Kotamobagu ini, disebutkan adalah berbanderol Rp1,2 Miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Anehnya, hingga memasuki triwulan tiga (July 2015), belum sepeserpun uang insentif dari pemerintah pusat ini diterima oleh para pemuka agama di Kotamobagu. Padahal, Pemkot Kotamobagu dinahkodai Walikota Ir Hj.Tatong Bara, telah memberikan jaminan kalau sebelum bulan puasa tahun 2015 ini, dana tersebut akan dikucurkan bagi ratusan pemuka agama di Kotamobagu.

“Dalam rapat yang diselenggarakan di Restoran Lembah Bening Kelurahan Sinindian, Pemkot Kotamobagu mengatakan akan menyalurkan dana insentif bagi pemuka agama sebelum bulan puasa. Anehnya sampai saat ini belum juga disalurkan kepada kami,” kata Hi Zakaria dan Hi.Rahmat yang keduanya adalah Imam di Masjid di kawasan Kotamobagu, pada Kamis 16 July 2015, saat bersua wartawan Kotamobagu Post.

Hi.Zakaria Imam Masjid yang sudah memasuki usia senja ini mengatakan kepada Kotamobagu Post, dalam pertemuan yang melibatkan pemuka agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Antar Umat Beragama se-Kota Kotamobagu, Pemkot Kotamobagu melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Mustafa Limbalo mengatakan, total dana untuk pemuka agama dari 5 Agama di Kotamobagu, yakni sebesar Rp1,2 Miliar.

“Pak Sekda sendiri mengatakan, dana Rp1,2 Miliar akan disalurkan setiap bulan kepada pemuka agama, untuk lima pemuka Agama di Kotamobagu berjumlah lebih dari 300-an orang. Anehnya sampai sekarang, tidak pernah kami menerima dana yang disebutkan Pemkot Kotamobagu dalam rapat di Resto Lembah Bening,” kata Hi.Zakaria.

Bahkan katanya, dana Rp1,2 Miliar bersumber dari APBN ini yang akan disalurkan Pemkot Kotamobagu, harusnya sudah diterima oleh sedikitnya 300-an pemuka agama. “Karena informasinya, setiap pemuka agama diberikan tunjungan insentif oleh pemerintah setiap bulan berjalan. Namun kami saja belum pernah menerima dana itu dan semakin tidak jelas,” kata Hi.Zakaria yang ikut direkam oleh Ketua LSM LPKEL Reformasi, Efendy Abd.Kadir dan Ketua LSM Insan Totabuan Sehan Ambaru SH.

Kedua Imam Masjid ini, mengaku mereka sangat kecewa karena merasa sudah dibohongi (kibulin) oleh Pemkot Kotamobagu. “Kami minta tolong pak wartawan, tolong tanyakan kepada Pemkot Kotamobagu dana sebesar Rp1,2 Miliar untuk pemuka agama, uang itu ada dimana? Dan mengapa belum disalurkan, padahal bulan july ini, sudah masuki triwulan ke-3 uang insentif untuk pemuka agama, belum jelas,” tegas Hi.Zakaria dan Hi.Rahmat.

Keduanya menjelaskan, yang dimaksud dengan pemuka agama, yakni Pendeta, Pastor, Imam Masjid atau petugas Agama non PNS dan petugas agama dari Hindu dan Budha. Diketahui hingga berita ini diturunkan, Pemkot Kotamobagu belum memberikan keterangan soal benar tidaknya dana Rp1,2 Miliar milik pemuka agama, apakah sengaja ditahan oleh Pemkot atau tidak. Sebab juru bicara Humas Pemkot Kotamobagu, Suhartin Tegela, sangat enggan memberikan jawaban keterangan Pers kepada wartawan, terkait masalah yang melilit Pemkot Kotamobagu.

Demikian pula Walikota Kotamobagu, Ir Hj.Tatong Bara, sangat sulit ditemui dan jarang berada di kantornya. Kalaupun Walikota berada diruang kerjanya, sangat jarang menerima wartawan untuk memberikan konfirmasi terkecuali jika para jurnalistik di panggil untuk jumpa Pers.

Umumnya para awak media massa yang bertugas di Kotamobagu juga hampir tidak ada yang mencoba bertamu di rumah dinas Walikota sejak Tatong Bara dilantik, terkecuali ada acara resmi atau seremoni di rudis itu. Jangan heran, rudis Walikota ini pun terlihat sangat sepi karena. Situasi ini berbeda dengan Djelantik Mokodompit semasa Walikota Kotamobagu, rudis yang terletak di samping kantor Walikota ini, selalu ramai oleh tamu.

Semasa Walikota Djelantik, jika wartawan ingin bertemu Walikota, hanya duduk stand-by di depan rudis dan dengan mudahnya bisa bertemu dan mendapatkan konfirmasi. Namun sejak Tatong Bara jabat Walikota Kota Kotamobagu, terlihat sangat sepi dan hampir-hampir dihitung dengan jari, para tamu warga Kotamobagu yang berkunjung. Ditambah lagi, Sang Walikota Tatong Bara, enggan memberikan nomor handphon kepada para wartawan, sehingga menjadi kendala para jurnalis meminta konfirmasi langsung terkait problematika yang terjadi di masyarakat Kotamobagu. (Audy Kerap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.